Rabu, 23 November 2011

Padi Inpari 13 Tahan Wereng Coklat

Anomali iklim dengan frekuensi hujan terus-menerus setiap hari akan menyebabkan kelembaban udara tinggi sehingga berpotensi memicu pertumbuhan hama wereng batang coklat (WBC) pada tanaman padi.Jika perkembangannya tidak bisa dikendalikan maka bisa memicu peningkatan populasi yang menyebabkan meledaknya intensitas serangan. Ini bisa menyebabkan puso. populasi tinggi WBC dapat menyebabkan daun berubah kuning oranye sebelum menjadi coklat dan mati. Kondisi ini disebut hopperburn dan membunuh tanaman. Wereng batang coklat juga dapat menularkan penyakit kerdil hampa dan kerdil rumput yang sampai saat ini tidak bisa diobati. Pada kepadatan 1 wereng coklat per batang atau kurang, masih ada peluang untuk bertindak guna menekan populasi.
Penggunaan benih padi varietas tahan serangan WBC merupakan salah satu cara utama untuk mencegah dan mengatasi puso akibat serangan hama ini. Saat ini BB-Padi telah mengeluarkan varietas padi Inpari 13 yang tahan terhadap serangan WBC biotipe 1, 2 dan 3.

Keunggulan lainnya dari varietas ini adalah potensi hasil tanaman yang tinggi, sekitar 8 ton per hektar, umur tanaman genjah sekitar 103 hari, tahan terhadap penyakit blas ras 033 dan agak tahan terhadap ras 133, 073 dan 173, cocok ditanam di ekosistem sawah tadah hujan dataran rendah sampai ketinggian 600 m dpl dan tekstur beras yang dihasilkan lebih pulen.
Selain menerapkan varietas unggul, pencegahan WBC dapat dilakukan dengan penerapan teknik budidaya yang baik seperti bersihkan gulma dari sawah dan areal sekitarnya, hindari penggunaan pestisida secara tidak tepat yang dapat menyebabkan terbunuhnya musuh alami, amati wereng di persemaian setiap hari atau setiap minggu setelah tanam pindah pada batang dan permukaan air, periksa kedua sisi persemaian.

Potensi dan rata-rata hasil

Inpari 13 merupakan varietas berumur sangat genjah dengan umur tanaman 103 hari. Inpari 13 ini memiliki rata-rata hasil 6,59 t/ha (potensi hasil 8,0 t/ha). Sedangkan Inpari 1, 2, 3, dan Inpari 6 Jete termasuk dalam klasifikasi varietas yang berumur genjah (105-124 hari). Keempat varietas tersebut memiliki rata-rata hasil di atas 5 t/ha. Inpari 1 dengan umur 108 hari memiliki rata-rata hasiI yang tinggi, sekitar 7,3 t/ha dengan potensi hasil 10 t/ha. Sedangkan Inpari 2 yang berumur 115 hari memiliki rata-rata hasiI 5,83 t/ha dengan potensi hasil 7,30 t/ha. Inpari 3 yang dilepas pada tahun 2008 memiliki umur panen sekitar 110 hari, rata-rata hasiI panennya sebesar 6,05 t/ha atau setara dengan potensi hasil 7,52 t/ha, sedangkan Inpari 6 jete bila ditanam di sawah dataran rendah sampai tinggi (±600 m dpl) memiliki rata-rata hasil sebesar 6,82 t/ha (potensi hasil 12 t/ha) dengan umur panen sekitar 118 hari. IR.66 merupakan varietas yang mempunyai ketahanan biotipe lengkap memiliki rata-rata hasiI 4,5 t/ha atau setara dengan potensi hasiI 5,5 t/ha.

Mutu beras

Selera konsumen di Indonesia sangat beragam, untuk daerah yang banyak menyukai tekstur nasi pera dengan kadar amilosa tinggi, dapat menanam varietas tahan wereng cokelat IR.66. Varietas tersebut memiliki tekstur nasi pera dan kadar amilosa tinggi (25%). Varietas IR.66 memiliki bentuk beras ramping. Masyarakat Indonesia di Pulau Jawa sebagian besar menyukai nasi yang pulen seperti nasi varietas IR.64 dan Ciherang. Saat ini banyak pilihan varietas padi pulen yang tahan wereng cokelat di antaranya adalah Inpari 1, Inpari 2, Inpari 3, dan Inpari 13.
Keempat varietas tersebut mempunyai tekstur nasi pulen dan kadar amilosa sedang (20,1-25%). Inpari 1 mempunyai kadar amilosa 22%, Inpari 2 18,55%, Inpari 3 20,57%, dan Inpari 13 22,40%. Varietas yang mempunyai kadar amilosa lebih rendah adalah Inpari 6 Jete (kadar amiIosa 18%). Bentuk beras yang banyak disukai konsumen adalah beras panjang dan ramping, seperti beras IR.64 dan Ciherang. Lain lagi dengan Inpari 2 yang dilepas pada tahun 2008, varietas tersebut memiliki bentuk beras panjang dan gemuk.